Kepemimpinan di Minang Kabau
Diajukan
untuk memenuhi tugas
mata
kuliah Kepemimpinan
O
L
E
H
L
E
H
DIAN HIDAYAT
TANJUNG
PROGRAM
PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAUNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
KEPEMIMPINAN DI MINANGKABAU
Pengertian Penghulu Penghulu adalah
seorang laki-laki yang dituakan pada sebuah suku di Minangkabau, yang
membidangi tentang seluk beluk urusan adat. Penghulu dalam kehidupan
sehari-hari dipanggil “Datuk” Fungsi seorang penghulu di Minangkabau adalah sebagai
pemimpin suku dalam urusan adat. Salah satu sifat dari seorang penghulu di
Minangkabau adalah fathabah (cerdas dan cendekia) artinya penghulu haruslah
cerdas dan cendekia yaitu kecerdasan yang didukung oleh pengetahuan luas dan
mendalam. Seorang penghulu harus mendalami seluk beluk adat, ajaran Islam
(syarak) serta ilmu pengetahuan lainnya.
Anggota kaum tidak boleh mengangkat
penghulu yang tidak cerdas, karena bisa menghancurkan kemakmuran dan
kesejahteraan kaumnya sesuai dengan kata-kata adat berbunyi:
Alang cadiak binaso adaik
Alang alim rusak agamo
Alang tukang binaso kayu
Artinya bila suatu pekerjaan
diberikan bukan kepada ahlinya, maka kehancuran yang akan datang. Jadi penghulu
bukanlah cadiak mambuang kawan, gapuak mambuang lamak. Tetapi kecerdasannya
digunakan untuk melindungi dan mengayomi anak kemenakan dan masyarakat.
FUNGSI DAN
KEDUDUKAN PENGHULU DI MINANGKABAU
Fungsi dan Peranan Penghulu Di
Minangkabau Fungsi penghulu adalah pemimpin dalam urusan adat secara umum untuk
memimpin anak kemenakannya dalam segala bidang dan menyelesaikan tiap sengketa
atau perselisihan dan memelihara harta pusaka. Hal ini sesuai dengan ungkapan
adat Minangkabau:
Kayu rindang di tangah koto
Ureknyo tampek baselo
Batangnyo tampek basanda
Dahannyo tampek bagantuang
Daunnyo perak suaso
Bungonyo ambiak kasuntiang
Buahnyo buliah di makan
Tampek bataduah katiko hujan
Tampek balinduang katiko paneh
Untuk menjalankan fungsinya, maka
seorang penghulu pekerjaan sehari-hari adalah sebagai berikut:
1.
Mengendalikan pemerintahan menurut undang-undang adat.
2.
Membimbing anak kemenakan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
3.
Mengadakan rapat di balai adat untuk membicarakan
kehidupan dan kemakmuran serta keadilan masyarakat.
4.
Menerima tukup bubuang, misalnya menerima hasil bumi,
pajak sawah, pajak tanah, dan lain-lain.
Fungsi penghulu tergambar dalam
kewajiban adat disebut “utang”. Utang harus dibayar atau dilunasi, menurut kato
adat ada empat macam yaitu sebagai berikut:
1. Manuruik alua nan luruih.
2. Manampuah jalan nan pasa.
3. Mamloharo anak kamanakan.
4. Mamaliharo harto pusako.
Penghulu wajib manuruik alua nan
luruih ialah alua adat. Alua adat adalah peraturan yang dibuat dengan kata
mufakat oleh para penghulu dalam suatu nagari. Alua terbagi dua yaitu:
1. Alua adat adalah peraturan yang dibuat dengan kata
mufakat, ia berubah sesuai dengan keadaan dan situasi.
2. Alua pusako adalah aturan pokok yang turun temurun
dari Dt Perpatih nan Sabatang dan Dt Katumanggungan. Alua pusako tidak dirubah
indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan, contohnya:
a. Hutang babaia, piutang batarimo.
b. Salah batimbang, mati bakubua.
Jadi kata nan luruih dilaksanakan
menurut kato pusako, menurut kata mufakat di dalam adat dikatakan kato Dahulu
Batapati Katro Kudian Dicari.
Perangai
Buruk dan Larangan Atau Pantangan Penghulu Di Minangkabau
1. Enam
Macam Perangai Buruk Penghulu di Minangkabau
a. Penghulu nan diujuang tanjuang.
Penghulu yang tidak memiliki prinsip dalam
kehidupannya. Dalam ungkapan adat dikatakan: Sapantun sipongang dalam quo
Urang mahariak inyo mahariak
Kalau diimbau bunyi ado
Kalau dicaliak indak basuo
b. Penghulu ayam gadang (penghulu ayam jago).
Penghulu berperangai seperti ayam jago, kokoknya
merdu. Hal ini diungkapkan dalam kato adat:
Bakotek hilia jo mudiak
Bakukuak kiri jo kanan
Mananggakkan tuah kamanangan
Tiok ado kabaikan tumbuah
Inyo nan pokok pangkanyo
Bakotek indak batama
Tinggi lonjak gadang sajo
Gadang tungkai indak barisi
Elok bungkuih pangabek kurang
c. Penghulu buluah bamboo (penghulu buluh bambu).
Adalah penghulu kelihatan bagus dari luar, tetapi
kosong di dalam, kurang ilmu, tetapi berlebih lagaknya. Hal ini diungkapkan
dalam kato adat:
Batareh tampak kalua
Di dalam kosong sajo
Tampang elok takah balabiah
Lagak rancak aka tak ado
Ilmu jauah sakali
Awak datuak janyo awak
d. Penghulu katuak-katuak (penghulu ketuk-ketuk).
Penghulu yang bersifat seperti tong-tong di lading. Ia
hanya berbunyi bila diketok. Hal ini diungkapkan dalam kato adat:
Iolah tong-tong urang diladang
Kalau diguguah inyo babunyi
Disaru baru basuaro
Ka mangecek takuik balabiah
e. Penghulu Tupai tuo (penghulu tupai tua).
Penghulu yang berperangai seperti tupai tua, ia tidak
mau berusaha karena takut salah ia merasa dirinya tidak berarti. Dalam kato
adat:
Elok nan tidak mengalua
Gadang nan indak mangatangah
Bagai karabang talua itiak
Rancaknyo tabuang sajo
Indak tatampuah ujuang dahan
Alek jamu indak tajalang
Alua tak ado nan taturuik
Jalan tak ado nan tatampuah
Banyak sagan dalam dirinyo
f. Penghulu busuak hariang (penghulu busuk hariang).
Penghulu yang sikapnya seperti bau kencing. Ia selalu
membawa keresahan di dalam masyarakat. Hal ini diungkapkan dalam kato adat:
Itu penghulu nan jahanam
Hino bangso randah martabat
Hati ariang pahamnyo busuak
Budi anyia pikiran ariang
Panjang aka handak malilik
2. Enam
Pantangan atau Larangan Penghulu Menurut Adat :
a. Memerahkan muka.
Bersikap emosional dan tidak mampu mengendalikan diri.
b. Menghardik menghantam tanah.
Adalah pemarah, pemaki, penggertak.
c. Menyinsingkan lengan baju.
Adalah melakukan pekerjaan kasar seolah-olah tidak
mempunyai sumber hidup yang layak. d. Berlari-lari.
Adalah sikap orang yang terlalu terburu-buru, pencemas
tidak tabah, dan penakut.
e. Memanjat-manjat.
Adalah bertingkah laku seperti anak-anak
f. Menjunjung dengan kepala.
Adalah seolah-olah kepalanya tidak digunakan untuk
berfikir, tetapi untuk membawa beban.
UNSUR
PEMIMPIN ALIM ULAMA DI MINANGKABAU
A.
Pengertian Alim Ulama di Minangkabau
Alim ulama adalah pemimpin
masyarakat Minangkabau dalam urusan agama, yaitu orang yang dianggap alim.
Seorang yang alim adalah orang yang memiliki ilmu yang luas dan memiliki
keimanan., keradaannya di masyarakat sangat dibutuhkan. Hal ini diungkapkan
dalam adat Minangkabau adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Adanya
alim ulama di dalam masyarakat Minangkabau membidangi agama islam/syarak.
Penghulu atau ninik mamak membidangi adat.
B. Fungsi
Aliam Ulama di Minangkabau
Fungsi alim ulama di Minangkabau
adalah sebagai pembina dan pembimbing masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Di dalam adat dikatakan ulama adalah ikutan
lahia jo batin,saluah bendang dalam nagari, ka penyuluah anak jo kamanakan,
panarang jalan di dunia, penyuluah jalan ke akhirat, tampek batanyo halal haram
sarato sah dengan batal. Fungsi alim ulama dalam masyarakat menjadi ikutan
lahia jo batin, alim ulama berfungsi sebagai contoh dan teladan bagi
masyarakat. Ia selalu memperhatikan perbuatan baik, perbuatan yang berdasarkan
kepada ajaran Islam dan ajaran adat. Ia menjadi contoh dalam berfikir,
berbicara, dan bertindak. Jadi fungsi ulama adalah memberikan contoh kepada
masyarakat hingga ia menjadi teladan lahir dan batin.
C. Kedudukan
Alim Ulama dalam masyarakat Minangkabau
Kedudukan alim ulama adalah sebagai
pemimpin, juga membuat keputusan, keputusan yang ia buat berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits. Ulama juga memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada penghulu
untuk mengambil keputusan dalam bidang agama Islam. Pertimbangan itu biasanya
diberikan, baik diminta maupun tidak diminta oleh penghulu. Justru disinilah
ulama berfungsi sebagai pemimpin yang memiliki kedudukan sejajar dengan
penghulu dan ninik mamak di dalam nagari. Kedudukan alim ulama di Minangkabau
sebagai berikut:
1. Sebagai pemimpin dalam urusan ibadah dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.
2. Sebagai suluah dendang dalam nagari.
3. Sebagai pemberi petunjuk kepada masyarakat dan alim
ulama, diharapkan dapat membawa umat Islam ke jalan yang benar yaitu jalan diridhoi
oleh Alah SWT.
UNSUR
PEMIMPIN CADIAK PANDAI DI MINANGKABAU
A.
Pengertian Cadiak Pandai
Cadiak Pandai adalah pemimpin
masyarakat yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta pemikiran yang
dapat mencari jalan keluar dari setiap masalah yang sedang dihadapi masyarakat
Minangkabau. Jadi adalah merupakan kumpulan orang-orang pandai, tahu, cerdik,
cendekiawan, dan orang yang cepat mengerti, pandai mencari pemecahan masalah
dan berfikir yang luas.
B. Fungsi
Cadiak Pandai di Minangkabau
Fungsi cadiak pandai di Minangkabau
adalah sebagai berikut:
1. Pemberi petunjuk kepada seluruh masyarakat dan anak
nagari dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
2. Untuk memajukan pemikiran masyarakat supaya tidak
ketinggalan zaman
3. Sebagai pemagar nagari di Minangkabau
4. Memberi pertimbangan kepada penghulu di dalam
mengambil keputusan dalam hal-hal yang bersifat umum
5. Mampu menerapkan ilmu untuk kehidupan keluarga
serta kepentingan masyarakat.
C. Kedudukan
Cadiak Pandai di Minangkabau
Kedudukan cadiak pandai di
Minangkabau adalah sebagai berikut:
1. Cadiak pandai sebagai pemimpin di bidang undang-undang
dan komunikasi serta pengaturan yang bersifat umum.
2. Cadiak pandai sebagai pemimpin adalah karena
mempunyai keindividuannya. yaitu kaya dengan ilmu pengetahuan dan wajib memberi
petunjuk kepada masyarakat nagari di Minangkabau.
3. Cadiak pandai sebagai pemimpin banyak pengetahuan
dan banyak tahu, paham perkembangan dalam nagari atau luar nagari, karena itu
dianggap sebagai pagaran tokoh.
KEPEMIMPINAN
TUNGKU TIGO SAJARANGAN DI MINANGKABAU
A. Gabungan
Unsur Pemimpin
Setiap nagari di Minangkabau memiliki tiga unsur
pemimpin yaitu :
1. Penghulu
2. Alim Ulama
3. Cadiak Pandai
Gabungan ketiga unsur ini saling
bahu membahu dan bekerja sama dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Tiga unsur ini dikenal dengan Tungku Tigo Sajarangan, artinya
ketiga pemimpin itu merupakan satu kesatuan. Gabungan pemimpin itu terlihat di
tingkat nagari, segala keputusan di nagari dikukuhkan oleh ketiga unsur
tersebut. Suatu keputusan belum dijalankan, belum dianggap sah, kalau salah
satu ketiga unsur itu belum sependapat.
B.
Kepemimpinan Tungku Sajarangan di Minangkabau
Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat
Minangkabau adalah Tuha Sakato, yaitu hal-hal yang telah terjadi menjadi
kesepakatan bersama, artinya segala sesuatu yang bersifat mengatur di dalam
kehidupan masyarakat harus terlebih dahulu dimusyawarahkan. Tiga unsur pemimpin
inilah yang menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kedudukannya masing-masing
dan hasil musyawarah itu selanjutnya dikukuhkan dalam suatu rapat yang dihadiri
seluruh wakil masyarakat, biasanya bertempat di balai adat.
Pada hakikatnya mereka sama-sama
bertanggung jawab memimpin masyarakat ke arah kesejahteraan dan kemakmuran,
inilah dikenal dengan sebutan Tungku Tigo Sajarangan, karena kekuatan tungku
tigo sajarangan masyarakat tidak akan tersesat, kacau dan rusak. Jika ketiga
tungku itu masih tetap bekerjasama menempatkan diri di posisinya masing-masing.
Di dalam adat minagkabau diungkapkan
sebagai Adat Basandi Syarak, Syarak Basanndi Kitabulah. Adat dan agama tidak
ada pertentangan, yaitu:
1. Syarak memberikan hukum atau syariat.
2. Adat melaksanakan seperti diungkapkan syarak
mangato adat mamakai.
3. Undang-undang sebagai pengaturan.
Dengan demikian ada:
1. Adat.
2. Agama.
3. Undang-undang.
Adanya ketiga unsur pemimpin
tersebut melahirkan Tali Tigo Sapilin. Ketiga-tiganya dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan dilengkapi oleh orang
Ampek Jini yaitu:
1. Penghulu.
2. Malin.
3. Manti.
4. Dubalang.
Komentar
Posting Komentar